Wilujeng Sumping,,, Wilujeng Maca,,, Mugia Manfaat,,, Hatur Nuhun,,, ^_^

Rabu, 05 Oktober 2011

Jumpa Lagiiiiiiiiiiiiiii... :D

Udah lama nih gak nulis lagi di blog ini,,, sibuk ngurusin My Skripsweet unk,,,
(HALAH  MAH SKRIPSIONG GE DA TEU BERES2... HEHE,,)
sampai jumpa lgi we akh,,, semoga gak males lagi nulis di sini ataupun ngeberesin proyek skripsinya,,, SEMANGAT!!!!!

Minggu, 17 Juli 2011

Aku dan Tulisanku

Selama ini tulisanlah yang bisa menampung semua unek-unekku disaat orang tak bisa lagi mendengar apa yang aku bicarakan, terlebih mereka tak akan pernah mengerti apa yang aku rasakan.Tak banyak orang yang yang paham maksudku, bahkan diriku sendiri kadang tak memahami apa yang aku mau. Lewat tulisan aku hanya mencoba memahami diriku sendiri disaat air mata dan senyuman tak bisa mewakili asa dalam hati, disaat jalan pikiranku mengelana mencari. Aku tak meminta untuk didengar, aku tak meminta untuk dimengerti karena aku menulis untuk mengenal diriku sendiri. Hmm,,, sekali lagi benar kata temanku, "untuk mengenal seseorang bacalah apa yang dia tulis". Lewat tulisan itu setidaknya aku bisa mengenal siapa diriku, apa yang aku mau, apa yang aku rasa, dan apa yang aku pikirkan.
Tapi, disaat tulisan tak bisa menggantikan lisanku lagi. Disaat tulisan tak bisa menunjukan siapa diriku lagi. Aku dalam kebingungan yang besar, KRISIS JATI DIRI,,, siapa aku? apa yang aku mau? apa yang aku rasa? apa yang aku pikirkan? aku tak tau...
Apakah aku sudah terkena sindrome NARSISME, harus menunjukan siapa diriku dulu baru aku tau siapa aku. Entahlah,,, yang pasti aku menikmati kegiatanku menulis,,, DULU tapi tidak akhir-akhir ini.
Kata-kata itu seolah kocar-kacir, ketakutan,,, takut dicap begini, takut dicap begitu. Juga karena beberapa alasan,,, gak boleh ngomong ini, gak boleh ngomong itu,,, harus ini dulu baru itu,,, Alhasil,,, aku tak bisa menulis walau saat itu aku benar-benar ingin menulis. Haaaaaaa,,, TRAGIS, bukankah ini era demokrasi???? orang bebas mengungkapkan apa yang ingin diungkapkannya, orang bebas berargumentasi sesuai dengan pola pikirnya, orang bebas berekspresi sesuai dengan kreativitasnya. Hee,,, IDEALIS.
Ya,,, tapi bukankah kalian juga sama menuntutku dengan keidealisan kalian, menuntutku untuk menjadi anak yang manis, harus selalu dijalur yang benar (menurut kalian), HARUS SEPERTI KALIAN.
HEI,,,inilah aku,,, apa ada yang salah dengan diriku yang seperti ini? aku terkungkung oleh judgement yang kalian sandangkan padaku. Semua itu membebaniku. Ingat... aku tak sebaik apa yang kalian pikirkan.
Aku yang utuh adalah aku dengan sisi baik dan burukku.
Aku sempurna dengan ketidaksempurnaanku.
Hmm,,, ya aku mengerti, kalian memang tidak mengenalku, mungkin tepatnya tidak mengenalku secara utuh. Sama halnya dengan diriku yang tak bisa mengenal diriku sendiri tanpa tulisanku. Jadi,,, mohon biarkan aku tetap menuliskan siapa diriku, biarkan aku mengenal siapa diriku sendiri.
Maaf,,, bukannya aku tak mau mendengar kalian.

Minggu, 19 Juni 2011

Kesempatan Kedua


“HUUUUUUUUUUUUUUUUAAAAAA,,,” begitu berat mataku tapi aku harus menyelesaikan cerita ini, deadline besok pagi tepat jam 9. Kalau sampai aku telat menyerahkan draf ceritaku ini, matilah aku. Karirku benar-benar diambang jurang kehacuran, ini adalah cerita yang bisa menyelamatkan karirku. Tentang kesempatan kedua, kesempatan yang diberikan saat kamu kembali dari pelarian, kau harus memperbaikinya, kau harus menyelesaikannya, sesuatu yang belum selesai. Kisah ini bukan hanya cerita tapi ini memang harapanku.
***
DUUUUUUUUUUUUUKKKKKKKK,,,
“Sitaaaaa,,, apakah kamu tertidur?” suara seorang laki-laki memanggil namaku.
“Haah” aku kaget dan dengan cepat aku menegakan badanku. Ya,,, aku tertidur, ternyata aku tidak kuat menahan kantukku . seingatku sudah tiga hari aku tidak tidur sama sekali, makanpun hanya mie instan yang siap seduh. Wah benar-benar berjuang untuk cerita ini. Kaget aku mendengar teguran itu dan kaget juga karena kepalaku terkatuk ke meja yang keras. “Hei,,, meja keras? Hanya meja keras??? Bukankan di depanku ada sebuah laptop, aku sedang menyelesaikan sebuah cerita. Terus sekarang aku dimana? Mengapa ada yang menegurku?
Aku berada di sebuah kelas. Hmmm,,, Mengapa aku ada di sini? Mimpikah? Aku mencoba mencubit pipiku,,, “Awwwwww,,, sakit” ternyata bukan mimpi. Ataukah aku sudah bermimpi menjadi seorang penulis barusan?
“Kenapa Sita??? Kamu kira ini mimpi?” tanya laki-laki itu.
“Huuuuuuuuuu,,,” serampak seisi ruangan menyorakiku.
Oh tidak,,, laki-laki itu adalah dosenku semasa kuliah, dosen yang terkenal galak. Haduh gawat,,,
“Hee,,, maaf Pak” ketar-ketir aku menjawab.
“Kelas itu bukan tempat untuk tidur, sana cuci muka biar kamu tidak bermimpi terus” perintah Beliau.
“Hahahaha,,,” anak-anak malah menertawakanku.
“ini juga berlaku untuk kalian semua, kelas itu bukan untuk tidur, apabila ada yang mengantuk, silahkan cuci muka dulu biar kalian lebih segar atau kalau kalian tidak berminat mengikuti kuliah saya silahkan keluar” tegas dosen itu.
Aku menuju kamar mandi, sepanjang jalan aku melihat. Ya,,, ini kampusku yang dulu. Bangunan yang khas karena bangunan ini merupakan hibah dari sebuah organisasi antara Indonesia dan Jepang. Jadi bangunannya berbeda dengan bangunan fakultas lainnya.
Di depan kaca besar di toilet, aku termenung. Mengapa aku ada di sini? Aku merasa ini bukan tempatku lagi. Tempat ini sudah lama aku tinggalkan, sudah lama menjadi kenangan di hidupku. Mengapa aku kembali kesini?
“Huuuuuuuuuufh,,,” aku menghela nafas. Aku tidak mungkin ada di toileti ini selamanya. Akhirnya aku kembali ke kelas tadi.
Kulihat masih teman-temanku yang dulu, benar-benar seperti dulu. Dosen itu begitu bersemangat menjelaskan hubungan antara adaptasi karena proses predasi atau mangsa-memangsa, dimana mangsa beradaptasi agar tehindar dari pemangsanya dan pemangsa beradaptasi untuk mendapatkan mangsanya. Ini matakuliah Ekofisiologi Hewan.
“Disaat seekor hewan keluar untuk mencari mangsa, sebenarnya hewan itu menyediakan dirinya sendiri untuk dimangsa oleh pemangsanya” jelas Dosen itu.
Sebuah kalimat yang mengandung arti dalam, bukan hanya sebuah materi dari perkuliahan tapi mengandung arti bahwa semua hal mempunyai resiko.
Haaa,,, tapi aku masih belum bisa fokus, aku masih berpikir, mengapa aku kembali kesini? Mungkinkah ini adalah kesempatan keduaku, benar-benar kesempatan keduaku? mungkinkah aku diberi kesempatan untuk menyesaikannya, untuk memperbaikinya. Benarkah aku kembali? Ataukah aku hanya bermimpi? kalau memang ini sebuah mimpi, ini adalah mimpiku yang paling buruk.
***
Masa ini adalah masa terberatku, aku bertahan karena orang tuaku. Tapi tenyata aku harus memilih dan aku memutuskan untuk tidak menyelesaikannya. Untuk pilihan itu aku mempertaruhkan sesuatu yang berharga, kebanggan orang tuaku. Kebanggaan karena melihat anak perempuannya dengan baju toga, kebanggaan karena anak perempuannya bergelar sarjana. Aku mengambil semua resikonya.
Rasanya sudah 2 tahun semua itu berlalu dan selama itu pula aku tidak berani pulang ke rumah. Aku tak berani menatap mata kedua orang tuaku, mata kecewa karena anaknya gagal menjadi sarjana. Di sisi lain aku beruntung, karena  cerita-ceritaku bisa diterima pasar, dalam kurun satu tahun, aku melahirkan 2 karya best seller. Aku memang beruntung, berawal dari kumpulan cerita di blogku yang awalnya iseng. Atas saran temanku aku jadikan sebuah buku dan aku kirimkan ke penerbit. Ternyata keisenganku bisa menghasilkan uang. Karya pertama yang menjadi best seller. Keberuntungan masih berpihak padaku, karya keduaku berupa kumpulan puisi ikut diterbitkan dan kembali menjadi best seller. Aku terkenal sebagai Maya Sita, itu nama penaku.
Ternyata keberuntungan tidak selamanya berpihak padaku, roda kehidupan berputar. Semakin tinggi akan semakin kencang pula hempasan angin. Semakin aku terkenal semakin dituntut pula aku harus melahirkan karya yang lebih bagus lagi. Sesuatu yang cepat naik, akan cepat pula ia terjatuh, dan itu berlaku padaku. Karyaku yang ketiga tidak sespektakuler karya sebelumnya, malah tidak bergema sama sekali, padahal ini benar-benar aku kerjakan dengan serius berbeda dengan kedua karyaku yang merupakan karya-karya iseng pengisi senggangku. Entah apa yang salah? Mungkin karena dulu aku menulis dengan hati maka maksudnya pun akan sampai ke hati. Aku menulis karena aku ingin menulis. Tapi, sekarang aku tidak seperti itu, walau aku serius, aku melakukkannya bukan karena aku ingin menulis, aku melakukannnya karena aku harus menulis.
Setelah peluncuran karyaku yang ketiga, aku pun sadar, aku harus menulis lagi dengan hati. Tapi sepertinya tidak mudah seperti dulu, aku tidak mendapatkan inspirasi, seolah aku kehilangan hatiku. Mungkin memang benar aku kehilangan hatiku. Hatiku telah tertinggal di masa lalu, kasih sayang dan perhatian aku sudah lama meninggalkannya. Orang tuaku, aku sudah meninggalkan mereka.
“Andai aku diberi kesempatan kedua,,,” aku sempat bergumam.
***
“Kalian sudah semester berapa sekarang?” tanya seorang dosen saat mengakhiri kuliah kali itu.
“Semester 7, Bu” jawab kita serempak.
“Berarti kalian semester depan sudah ada yang harus menyusun skripsi kan? Sudah ada yang mengajukan judul? Jangan sampai berleha-leha ya, lulus lebih cepat lebih baik” nasehat Beliau.
Ya ini adalah semester  7, semester dimana semuanya berawal. Kali ini aku tidak boleh mengulangi kesalahanku yang dulu. Aku harus segera mengajukan judul, aku harus segera menyelesaikan penelitian, aku harus menjadi seorang sarjana. Aku harus membuat orang tuaku bangga. Setidaknya dengan begitu, usaha mereka tidak sia-sia.
Ini adalah kesempatan keduaku, aku tidak boleh menyia-nyiakannya. Ternyata, kebahagiaan itu tidak selalu datang dari kesenangan tapi terkadang ia datang dari sebuah kebanggaan.
***
“Oiii bangun,,, jyah ni anak kerjaan teh tidur ajah, itu mediumnya ngeluber tuh” suara itu sewot. Dan ternyata benar mediumku ngeluber.
“Waduh,,, gak sadar aku ketiduran unk , makasih Dee udah bangunin, haduh gimana ini,,, bantuin lah…” aku merajuk.
“ Jyah,,, makanya jangan tidur wae atuh Bu,,, gimana mau selesai ini penelitian kalau kerjaannya tidur ajah” gerutu Dee.
“Siap,,, Bu” jawabku sambil nyengir.
Haa,,, ternyata semua itu hanya mimpi. Tapi satu hal yang bisa aku ambil dari mimpi ‘geje’ itu. Ternyata, aku tidak harus menunggu kesempatan kedua karena kesempatan kedua itu belum tentu datang. Mimpi ini mengingatkanku agar aku tidak menyesal belakangan.
Hadapi apa yang harus dihadapi dan selesaikan apa yang harus diselasaikan. Berhentilah bersikap seperti pengecut. Allah tidak akan menguji seseorang melebihi dari kemampuannya. Aku pasti bisa. ‘S.Si.’ akan tersemat dibelakang namaku dan akan ku lihat raut bangga dari wajah mereka. Amin

Jejak Tinta,,,

Waaaaaaaaaaaaaa,,, gak nyangka bisa mencapai 100 tulisan.
ALHAMDULILLAH karena aku masih selalu diberi inspirasi dalam menuangkan kata-kata menjadi sebuah karya, semoga selalu seperti itu dan somoga kali ini tulisanku tidak hanya untukku saja tapi bisa bermanfaat juga untuk yang membaca,,, Amin,,,
Semangat,,, sepertinya harus mulai dikelola lagi tulisannnya, mudah-mudahan ajah bisa dibukukan,,, :D

Maaf,,,

Baru kali ini aku benar-benar merasa menyesal atas semua caci maki yang sudah aku lontarkan padanya. Entah mengapa rasanya aku benar-benar telah menjadi orang paling jahat untuknya. Untuk berkilah, memang dia pantas menerimanya setelah apa yang dia lakukan kepadaku saat itu. Tapi, dari apa yang sudah kita jalani sebelumnya terasa sangat tidak adil bila dia menerima semua perlakuan kasarku selama ini.
Adakah tersirat benci di hatinya? aku tak tau tapi selama aku mengenalnya dia tidak pernah marah padaku. Bahkan saat aku habis-habisan memakinya, dia tidak pernah berbalik membentakku. Dia menghadapiku dengan diam.
Secara emosi, aku yang kadang masih selalu meledak-ledak, dia salah satu orang yang mengerti aku.
Kadang aku tidak habis pikir, apa dia tidak sakit hati ya? setelah apa yang aku lakukan padanya, dia masih berusaha untuk ada di sampingku. Berusaha menghimburku walau dengan banyolannya yang garing,,, haa,,, ada-ada ajah,,, :D

Untuknya,,, yang selalu ingin disamakan dengan tokoh utama cowok dari film yang habis aku tonton... :)
Aku hanya bisa bilang MAAF,,, MAAF,,, MAAF,,,
Terima kasih karena masih tetap menjadi temanku,,, :)
Bandung, 190611

Multiple Choice


Orang cenderung berharap diberikan banyak pilihan dalam hidupnya. Mungkin maksudnya dengan memiliki banyak pilihan, kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dia mau (dia anggap benar) akan lebih besar dibandingkan dengan tidak memiliki pilihan sama sekali.
Teringat, masa-masa UAS dimana kita cenderung berharap mendapatkan soal pilihan ganda dari pada soal uraian. Ya,,, salah satu alasannya, dengan soal pilihan ganda kita akan mendapat bayangan untuk memilih jawaban mana yang tepat atau lebih tepatnya kita punya kesempatan untuk nembak alias nebak jawaban, “kira-kira jawaban mana yang tepat ya?”. Sedangkan soal uraian, kita harus lebih keras menentukan jawaban yang tepat, kenyataannya susah banget dapat jawaban yang benar-benar tepat pada soal uraian walaupun kita paham karena masalahnya adalah argumen, dan kalaupun itu bukan argumen misalnya definisi, itu harus benar-benar tepat, kebayang kan kalau gak paham sama sekali, sudah jelas akan mati kutu.
Resikonya disaat kita mempunyai banyak pilihan, kita akan bingung menentukan pilihan mana yang tepat. Karena sebanyak apapun pilihan yang diberikan, hanya akan ada satu jawaban yang tepat dan itu jelas kemungkinannya TEPAT ATAU TIDAK TEPAT bukan masalah benar atau salah. Bukan berarti yang dianggap benar akan tepat dan yang dianggap salah akan tidak tepat. Tapi, yang sudah dianggap tepat itu akan pasti benar dan yang dianggap tidak tepat akan pasti salah. Tepat atau tidak tepat itu tergantung kunci jawabannya dan kunci jawaban itu ditentukan oleh yang membuat soal.
Dalam konteks kehidupan yang lebih luas, kunci jawaban itu telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Berkehendak, Dzat Yang Maha Mengetahui sesuatu yang TEPAT untuk makhluknya.
Ya,,, seperti halnya ujian dengan soal pilihan ganda. Hidup kita pun diuji dengan diberikannya banyak pilihan, semakin tinggi tahapnya semakin banyak pula pilihan yang diberikannya dan semakin sulit pula kita melihat antara benar dan salahnya dan mungkin terkadang terlihat semuanya benar atau mungkin terlihat sebaliknya.
Hidup memang pilihan, mau lulus ujian atau tidak, itu tergantung pilihan kita.
So,,, lebih suka mana, soal pilihan ganda atau soal uraian??? ^_^

Biar Sempurna

Aku tau manusia tidak ada yang sempurna
Tapi bagiku kau begitu sangat sempurna

Sungguh aku ingin bersamamu selamanya
Biar kamu hanya milikku seutuhnya
Tidak ada yang lain
Tidak akan pernah untuk orang lain
Tidak akan ku biarkan kau menjadi milik orang lain

Biarkan aku mengenangmu selamanya
Tanpa cela,,,
Aku hanya ingin mengenangmu dengan sempurna
Tetap menjadi milikku selamanya
Tidak akan pernah untuk orang lain
Tidak akan ku biarkan menjadi milik orang lain
___________________________________________________
Bandung, 180611
For My Little Story,,,
Ku biarkan kau tetap menjadi kenangan
mengenangmu sudah cukup membuatku tersenyum...
untukmu aku hanya ingin tetap tersenyum... ^_^