Rasa sakit ini tiba-tiba menyeruak, entah karena apa sebab pastinya. Tapi, sekarang dadaku terasa sesak. Aku merindukan kemarin, aku merindukan sesuatu yang telah pergi dan hilang, aku merindukan semua yang telah aku tinggalakan di belakang. Benarkah yang telah lalu harus benar-benar berlalu? Tapi bila diharuskan untuk kembali,,,terkadang aku tak mau untuk kembali.
Saat ini aku ingin menangis tapi mata ini hanya berkaca, mungkin karena tak tahu harus menangisi apa. Terkadang aku kerap mengalirkan aliran hangat itu hanya sekedar untuk membuat hatiku tenang, sekedar menghangatkan rasa yang hampir membeku. Cengeng memang, tapi hal itulah yang bisa membuatku agak lebih baik disaat aku tak bisa mengontrol perasaanku dan tak bisa mengungkapkan apa yang aku rasa.
Walau sekarang adalah era demokrasi dimana semua orang bebas mengungkapkan semuanya tapi tak bisa dengan perasaanku. Aku hanya harus diam, bungkam. Aku hanya diberi kesempatan bicara setelah semuanya berlalu, setelah semuanya tak akan berarti lagi. Dari dulu selalu begitu, MENGALAH.
"Mengalah untuk menang" itu adalah selogan yang menjadi topeng dari ketidakmampuanku. Hee,,kenyataannya selama ini aku hanya mengalah sebagai pecundang, yang hanya bisa menangis, meratapi rasa sakit, memaki dan mengumpat. Bersembunyi di balik ketiak ketenangan.
Haruskah sekarang aku kembali mengalah?
Heii, tahukah?
Baru kali ini aku kuat bertahan begitu jauh, terus mencoba melangkah walau aku tahu jalannya tak semulus jalan aspal, berkerikil tajam yang kadang melukaiku walau hanya diam mematung.
Heii,, lihatlah,,,
Aku masih tetap disini, walau angin kencang kerap menerpaku dan kadang hampir menerbahkanku.
Entahlah,,mengapa aku masih disini?
Apa yang aku cari disini??
Terkadang aku tak mengerti dengan diriku sendiri,,,
Jadi, aku tak akan memaksamu untuk mengerti.
Hehe,,,^_^
Keren banget... Aku suka
BalasHapus