Hujan bisa menghadirkan banyak emosi pada diriku. Mendung yang menggelayut mewakili kelam di dalam hati. Tetesannya bagaikan teman dari setiap butir air mata. Dinginnya seperti selimut dari jiwa yang sepi. Tapi gemericiknya kadang seperti nyanyian bahagia bagi sang kodok. Begitu kompleks sama halnya seperti rasa rindu yang tak bisa terungkap, bahagia namun bimbang.
Teringat akan sebuah lagu masa kecil tentang hujan,,,
Teringat akan sebuah lagu masa kecil tentang hujan,,,
HUJAN
Cipt. Ibu Sud
Tik…tik…tik… bunyi hujan di atas genting
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok, dahan dan ranting
Pohon dan kebun basah semua
Mungkin diantara kalian ada yang masih ingat juga dengan lagu itu. Aku mengenal lagu itu pas duduk di bangku TK, gk tau kalau sekarang apakah masih dijarkan di situ?
Masa kecil yang bahagia, walau tak fasih melantukan setiap kata pada lirik lagu itu, walau kadang lupa pada sebagian kata di dalam lagu itu. Tapi, selalu tampak kebahagian dan kebanggaan karena sudah bisa menyanyikan sebuah lagu. Perasaan itu kadang masih terbawa dan masih terasa sampai sekarang, terutama saaat mengenangnya.
Entah mengapa lagu itulah yang paling sering aku nyanyikan saat itu?? Seingatku.
Entah apa yang aku pikirkan dulu tentang hujan, yang pasti hujan dulu tak menghadirkan emosi yang sekompleks sekarang. Hujan masa kecil adalah kebahagiaan, kesenangan, kegembiraan, dan gelak tawa.
Kehadirannya adalah arena bermain air dimana kamu bisa bermain seluncuran, main di pancuran atau sekedar basah-basahan. Ya,,, angggaplah itu WaterBoom kalau zaman sekarang, hahaha,,, Kalau mau sambil berenang, bisa lah kita berenang di kolam ikan, hee… (Memories of 7gilrs).
Setelah aku mulai masuk ke masa dimana aku mulai merasakan perasaan yang sebenarnya aku tak mengerti mengapa aku bisa merasakan hal itu, hujan tak sesederhana dulu. Bukan hanya kebahagian saja yang terasa, ada perasaan lain disitu. Tergantung aku sedang merasa apa, seolah hujan bisa mewakilinya. Kehadirannya seperti teman bercengkrama disaat tak ada orang yang bisa diajak bicara. Memang terkadang aku merasa hujan lebih mengeri aku dari pada orang. Mungkin dengan berteman hujan aku tak mesti menjadi orang lain, aku adalah diriku saat bersama hujan. Aku bisa menghabiskan waktu hanya dengan melihat hujan dan menikmati sensasi dari setiap gemericiknya, aromanya dan dinginnya. Tak hanya dengan diam, kadang hujan bisa menjadi inspirasi untuk mengungkapkan isi hati lewat kata. Ya, sejak saat itu hujan bisa menjadi inspirasiku untuk menulis.
Tulisan adalah media yang menegaskan persaanku bersama hujan yang mungkin terkesan abstrak. Ada beberapa tulisanku yang bertemakan hujan, atau ditulis saat hujan. Dengan berbagai macam latar belakang cerita, tapi memang kebanyakan yang aku tuliskan adalah cerita sedih dan ungkapan rindu. Mengapa??? Why??? Entahlah…
Bukan hanya aku saja yang menjadikan hujan sebagai inspirasi. Banyak penulis yang juga membuat tulisan yang bertemakan hujan, dan banyak komposer yang terispirasi membuat sebuah lagu karena melodi yang mereka dengar dari hujan. Hmmm, begitu banyak karya yang menggambarkan hujan, yang berlatar belakang hujan yang mewakili hujan atau yang terwakili oleh hujan. Tapi, sepertinya hujan tak akan kehabisan cerita, tak akan kehabisan nada karena begitu sangat kompleksnya emosi yang hadir bersama hujan sehingga setiap orang, setiap waktu, setiap momen pasti akan menghadirkan nuansa yang berbeda pula, seolah hujan itu pun berbeda. Padahal kan sama dimanapun hujan adalah tetesan air yang turun dari langit, tentunya memang tak sesederhana itu.
Tulisan-tulisan bersama hujan merupakan bagian dari proses hidupku yang selalu punya cerita dan akan selalu ada cerita selama aku masih hidup, sama halnya hujan yang merupakan bagian dari proses siklus air, akan selalu ada hujan selama amasih ada air dan akan selalu ada air selama hujan masih turun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar