Mungkin begitu kosong jiwaku saat itu sehingga kamu begitu leluasa memasuki setiap ruang dalam hatiku dan meninggalkan jejaknya disitu.
Kamu yang sangat mahir memainkan setiap permainan sehingga aku terlena mengikuti permainanmu tanpa sadar aku sudah tertawan.
Kamu merangkulku, memberi apa yang aku mau. AKU KIRA,,, tapi ternyata aku salah. Mungkin kamu hanya kasihan padaku. Melihatku yang telunta dan kacau, menatapku yang galau tak tau tempat untuk pulang, aku yang kehilangan arah. Kau sediakan aku tempat untukku singgah sesaat. Hanya SESAAT tapi aku kira selamanya,,,Ya aku SALAH BESAR.
Aku sangat bersyukur Tuhan telah mengirimkanmu padaku untuk menunjukkan arahku pulang. Aku yang salah mengartikan semua itu.
Aku harap kamu bisa memberitahuku kalau aku salah, SALAH BESAR. Agar aku tidak akan selalu menggantungkan harapku padamu, menjadi benalu untukmu dan menjadi beban yang memberatkanmu.
Aku berpikir apakah saat itu hingga kini aku masih sangat menyedihkan hingga ia tak tega menunjukan kenyataan bahwa aku telah SALAH BESAR.
Lebih baik aku tau perasaanku memang salah tempat walau perasaanku bukan kesalahan. Bilang saja aku bertepuk sebelah tangan, mengharapkan kemeriahan tapi tak akan pernah aku dapat. Lebih baik sendiri dalam diam tapi aku tersenyum bersama perasaanku yang tak pernah sampai. Jangan khawatir aku sudah terbiasa. Jauh dulu aku sudah terbiasa SENDIRIAN, aku datang ke duniapun sendirian, dalam perut ibu selama sembilan bulan akupun sendirian bahkan nanti saat aku mati aku akan pulang sendirian. Jadi, aku pasti akan biasa dan harus terbiasa menghadapi perasaanku sendirian, walau aku berharap sebuah balasan tapi aku tak akan pernah memaksa hanya saja aku ingin KAMU BENAR dan AKU SALAH. Aku tak mau sekali lagi berharap pada rasa kasihan, cukup sudah aku merasa sakit karena itu. jangan biarkan aku merasakannya lagi karena aku takut perasanku akan mati.
Jangan kau terus kasihani aku karena itu hanya akan membuatku terpuruk disaat kamu pergi dari hidupku. Jangan biasakan aku untuk manja oleh perhatianmu karena hal itu hanya akan memberatkanku untuk lepas darimu.
Mengapa kamu begitu takut untuk jujur padaku?
Air mata lebih indah dari pada tawa karena kebohongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar